CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

25 Mei 2009

BERAWAL DARI FRIENDSTER…!!!???

Pada zaman sekarang ini, siapa yang tidak kenal dengan internet!?. Internet merupakan salah satu sarana untuk mencari berbagai macam informasi. Bukan hanya orang dewasa aja yang menggandrungi nama yang satu ini, bahkan anak SD aja udah mulai banyak yang mengenalnya. Terdapat berbagai macam sarana di dalamnya, salah satunya yang banyak di gemari oleh para remaja yaitu FRIENDSTER. Friendster merupakan tempat mengekspresikan diri seseorang dan juga sebagai ajang perkenalan antara yang satu dengan yang lain.
Karena ini termasuk nikmat yang di berikan Allah kepada manusia, patut bagi kita untuk memanfaatkannya pada jalan yang di ridhai oleh Allah. Yaitu mengajak manusia untuk kembali kepada Agama Allah dan kembali kepada sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, seperti yang telah di sampaikan oleh syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin dalam menjawab pertanyaan apakah boleh mengkomersilkan jaringan internet untuk berdakwah,

Pertanyaan.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Jaringan internet merupakan salah satu sarana. Apa boleh dikemorsilkan untuk berdakwah ? Kenapa kami lihat adanya keterbatasan dari para penuntut ilmu untuk memasuki dunia maya ini ? Kami mohon pencerahan, semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.

Jawaban
Mengajak manusia ke jalan Allah termasuk fardhu kifayah, mencakup penyebaran ilmu, pengungkapan kebaikan-kebaikan agama Islam, penjelasan hukum-hukum syari’at, pengungkapan rincian-rincian halal dan haram, anjuran beramal shalih, pengungkapan dalil-dalil hukum beserta penjelasan segi pendalilannya, pengungkapan janji dan ancaman, balasan pahala dan lain sebagainya yang merupakan faktor-faktor untuk memahamkan kaum muslimin dan mengenalkan mereka tentang hukum-hukum agama. Begitulah, karena dengan dakwah dan penyebaran ilmu bisa membuahkan mengetahuinya orang-orang jahil tentang perkara-perkara yang memang seharusnya mereka ketahui, yaitu berupa hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hak-hak sesama muslim yang bisa mendorong mereka untuk kembali ke jalan Allah dan bertaubat kepadaNya dari kemaksiatan, penyelisihan dan bid’ah. Disamping itu, orang yang belum pernah mendengar pun bisa mengetahui kebaikan-kebaikan Islam, mengetahui hakikatnya dalam gambaran yang menarik sehingga memeluk Islam dengan suka rela.
Tidak diragukan lagi, bahwa setiap sarana yang bisa digunakan untuk dakwah, maka kaum muslimin harus menggunakannya. Dulu, sarana dakwah hanya terbatas pada ceramah, tulisan dan diskusi antara juru dakwah dan yang didakwahi, serta halaqah-halaqah ilmiah, sebagai pengamalan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” [ An-Nahl : 125]. Disamping sarana-sarana lainnya.
Adapun zaman sekarang, kita perlu menempuh setiap sarana yang bisa digunakan untuk mengajak kepada Islam, seperti ; radio, televisi, bulletin (selebaran ilmiah), penerbitan makalah-makalah Islami di Koran-koran dan majalah-majalah yang baik, termasuk juga sarana internet yang muncul di zaman ini dan telah merambah ke seluruh dunia.
Kiranya, para ahli ilmu dan para da’i perlu menempuh jalur ini untuk menyebarkan makalah-makalah dan ceramah-ceramah yang bermanfaat serta wejangan-wejangan yang benar agar bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang menghendaki kebaikan, mengharapkan ilmu dan melaksanakannya, karena internet telah ada dan hadir di negeri ini, maka jangan dibiarkan digunakan oleh kaum Nasrani, Yahudi, kaum musyrikin, para ahli bid’ah, para ahli maksiat dan ahli kemunafikan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka sehingga mengelabui orang-orang yang menyambangi situs-situs mereka lalu berbaik sangka terhadap mereka, meyakini saran dari mereka dan kebenaran wejangan mereka.
Akibatnya, sesatlah orang-orang yang menemukan makalah-makalah tersebut, yang berisi kekufuran, bid’ah, kemaksiatan dan fitnah, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Tapi jika digunakan oleh para ahli ilmu yang benar, ahli tauhid dan keikhlasan, maka mereka bisa mempersempit ruang lingkup para penyebar kerusakan, dan makalah-makalah mereka bisa bermanfaat bagi orang-orang yang menginginkan kebenaran dan bermaksud memanfaatkannya dengan beramal shalih dan berilmu yang bermanfaat. Wallahu a’lam.
[Diucapkan dan didiktekan oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al jibrin Hafizhahullah,24/7/1420H]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 287-28 8 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=733&bagian=0

Berangkat dari sini, terdapat seorang pemuda tholibul ‘ilmi ingin juga mengenalkan sunnah Rasulullah lewat dunia maya ini. Oleh karena itu, pemuda tersebut mulai membuat FS(friendster) seperti halnya yang telah banyak di buat oleh para pemuda dan pemudi yang lain. Dengan bersemangat ia membuat FS yang telah direncanakan itu, tidak lupa dia mengisikan profil tentang islam dan tidak lupa juga dia memperindah tampilan FSnya dengan harapan banyak yang tertarik untuk membacanya. Dan ternyata banyak juga yang menjadikan ia sebagai teman.
Selang beberapa lama setelah ia membuat FS tersebut, kemudian tersirat pertanyaan di dalam benaknya..apakah cukup begini saja aku mengenalkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam??…dari situ ia mulai memikirkan lagi bagaimana caranya agar teman yang ada di FSnya tersebut untuk lebih mengenal sunnah dengan pemahaman para salaf ash-shalih, karena memang manhaj salaf-lah yang patut kita ikuti dan bersatu dengannya. Hal ini telah di jelaskan oleh syaikh Fauzan dalam menjawab pertanyaan.

pertanyaan..
Ditanyakan kepada Fadhilatusy Syaikh Shalih Fauzan Abdullah Al-Fauzan:
Mungkinkah persatuan (akan terwujud) bersamaan dengan berkelompok-kelompok dan bergolong-golongnya (umat)? Dan manhaj yang mana yang (umat) harus bersatu padanya?

Jawab beliau (Syaikh Shalih Al-Fauzan):
Persatuan tidak mungkin (akan terjadi) bersamaan dengan berkelompok dan bergolong-golongnya (umat). Karena sesungguhnya golongan-golongan itu saling berlawanan antara satu dengan yang lainnya, sedangkan mengumpulkan dua hal yang berlawanan adalah hal yang mustahil.
Allah Ta'ala berfirman:
"Berpeganglah kamu semuanya dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai." (Ali 'Imran: 103)
Kemudian Allah Ta'ala melarang perpecahan dan memerintahkan untuk bersatu dalam satu golongan, yaitu 'Hizbullah' (golongan Allah).
"Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah itu adalah yang beruntung." (al-Mujadilah: 22)

Dan firman-Nya:
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu." (Al-Mukminun: 52)
Golongan-golongan, kelompok-kelompok dan jama'ah-jama'ah yang bermacam-macam bukanlah dari Islam sedikitpun.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak sedikit pun kamu termasuk dari mereka." (Al-An'aam: 159)
Dan setelah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam memberitahukan tentang perpecahan umat menjadi tujuh puluh tiga golongan, beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Semuanya di neraka kecuali satu."
Maka para shahabat radhiyallahu 'anhum bertanya kepada beliau, "Siapa yang satu ini, ya Rasulullah?" Beliau menjawab:
"(Yaitu) orang yang menempuh jalan seperti yang telah aku tempuh dan para shahabatku hari ini." (Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi: 2641, Al- Hakim 1/29, Al-Laalikai I/100, Asy-Syariah: 26 tahqiq Al-Faqi, As- Sunnah oleh Al-Marqaz: 23)
Maka tidak ada firqah najiyah (kelompok yang selamat), kecuali yang satu ini, yang manhajnya ialah: Apa yang telah ditempuh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya. Inilah manhaj yang (umat) harus bergabung/bersatu dengannya. Adapun manhaj-manhaj yang menyelisihinya, maka akan memecah belah dan tidak akan menyatukan (umat) ini.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)." (Al-Baqarah: 137)
Imam Malik berkata: "Akhir umat ini tidak akan bisa diperbaiki, kecuali dengan apa yang telah mampu memperbaiki (generasi) awalnya (sunnah -pent)."
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga...." (At-Taubah: 100) 1)
Maka tidak ada (pilihan) lain bagi kita, kecuali bersatu di atas manhaj salaf ash-shalih.
Dicuplik dari Buku Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah II,Abu Abdillah Jamal Furaihan Al-Haritsi, Al-Madinah, Solo

Sedangkan Menurut bahasa, Salaf artinya ‘nenek moyang’ yang lebih tua dan lebih utama[1]. Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan "salafu ar-rojuli" = salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah mendahuluinya.[2]

Menurut istilah, kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/ masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).” [3]

Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih ialah generasi per-tama dari ummat ini yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, menjaga sunnahnya, Allah pilih mereka untuk menemani Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan untuk menegakkan agama-Nya...” [4]

Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitabnya al-‘Aqidah al-Islamiyyah baina Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup dibatasi waktu, bahkan harus sesuai dengan al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (tentang aqidah, manhaj, akhlaq dan suluk-Pent.). Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan al-Qur-an dan as-Sunnah mengenai ‘aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafy meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya, barangsiapa pendapatnya menyalahi al-Qur-an dan as-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafy meskipun ia hidup pada zaman Shahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. [5]

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyun bukanlah termasuk perkara bid’ah, akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Shahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyun karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Shahabat dan Tabi’in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafy, karena dinisbatkan kepada Salaf. Dan Salaf bukan kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlaq dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabat Radhiyallahu 'anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan. [6]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata : “Bukanlah merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran.” [7]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
_________
Foot Note
[1]. Lisanul ‘Arab (VI/331) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) Rahimahullah
[2]. Lihat al-Mufassiruun baina Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/11) karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdirrahman al-Maghraawi. Mu-assasah ar-Risalah 1420 H.
[3]. Muttafaq ‘alaih. HR. Al-Bukhary (no. 2652) dan Muslim (no. 2533 (211)) dari Shahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu
[4]. Al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/11).
[5]. Al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/13-14) dan al-Wajiiz fii ‘Aqiidah Salafush Shaalih hal 34.
[6]. Mauqif Ahlus Sunnah wal Jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bida’ (I/63-64) karya Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaily, Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajas Salaf (hal. 21) karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqiidah.
[7]. Majmu’ Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (IV/149).
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1092&bagian=0

Lama pemuda ini berfikir, akhirnya timbullah ide yaitu dengan cara memberi mereka artikel-artkel tentang islam yang bermanhaj salaf, tetapi dia juga bingung bagaimana mengirimkannya padahal alamat email teman FSnya dia tidak tahu. Kemudian dia memberanikan diri untuk memberi pesan kedalam postcomment milik masing-masing teman FSnya, supaya jika ada yang memiliki artikel tentang islam sudi untuk mengirim ke alamat email miliknya yang telah dia tunjukkan pada pesan tersebut, dengan begitu dia dapat mengetahui alamat yang telah mengiriminya. Selain dengan itu dia juga secara terang-terangan langsung meminta alamat email teman FSnya supaya dia dapat mengirimkan artikel kepadanya, tentunya melalui perkenalan terlebih dahulu.
Selang beberapa lama, tidak semua teman merespon commentnya tersebut. Tapi itu sudah cukup menurutnya, langsung aja dia mengirim artikel-artikel yang dia miliki kepada teman FS yang memberikan alamat emailnya. Banyak dari mereka yang senang dengan artikel-artikel yang telah mereka terima, karena jarang sekali bisa mendapatkan artikel tentang agama yang bisa membuat mereka lebih mengetahui bagaimana hukum-hukum agama ini. Sedangkan teman yang dimintai artikel olehnya, ternyata lumayan yang menanggapinya, umumnya dari mereka mengirim artikel tentang cerita-cerita islam. Belum pernah pemuda tersebut menerima artikel tentang hukum dan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang bermanahj salaf.

Hingga tiba pada suatu hari ketika dia membuka email miliknya, dia di kagetkan dengan adanya email yang masuk yang berisi tentang manhaj salaf dan ahlussunnah. Apalagi yang mengirimnya adalah seorang wanita, dia jadi merasa takut dan juga malu. Terus si pemuda ini memberanikan diri untuk membalas email kiriman tersebut, dengan menyatakan bahwa manhaj yang dia ikuti adalah manhaj yang benar. Mulailah dia mengirim artikel balik ke padanya yaitu tentang kitab-kitab dan yang lainnya, tidak tahu dari mana pemuda ini mengira, kayaknya.. si wanita ini baru kenal salaf jadi perlu dukungan agar tetap istiqomah dalam manhaj tersebut. Kiriman pemuda tersebut ternyata di balas dengan baik, serta si wanita menyatakan bahwa supaya jangan bosen untuk mengiriminya atikel-artikel yang bermanhaj salaf.

Tidak lama dari saling mengirim artikel ketika si pemuda sedang membuka email dan melihat daftar teman yang sedang online, ternyata dari dalam daftar tersebut terdapat nama wanita yang kapan lalu telah mengirimi artikel kepadanya. Tidak tahu kenapa pemuda ini tiba-tiba langsung menyapanya, dan si wanita juga membalas sapaannya. Dari situ terjadilah perbincangan yang cukup lama.. Semakin hari semakin sering pemuda ini kewarnet untuk mencari bahan tugas kuliahnya dan chating dengan si akhwat, kini pembicaran mereka bukan hanya dalam lingkup agama saja, tapi obrolan mereka merambat sampai bidang perkuliahan dan tidak jarang menceritakan tentang pengalaman-pengalaman yang pernah mereka alami.

Kegiatan mengirim artikel teruz berjalan hingga sekian lama begitu juga dengan chatingnya. Saking terbiasanya chating dengan si wanita tersebut, hati pemuda tersebut mulai merasakan sesuatu yang aneh. Dari situ pemuda tersebut mulai merasa takut dan ingat akan fitnah yang besar yaitu fitnah wanita. Dari itu si pemuda berkata kepada si wanita kalau si pemuda mungkin akan jarang pergi ke warnet (OL), tetapi si pemuda tidak mengutarakan kenapa dia tidak akan sering ke warnet lagi (OL). Mereka berdua pun membuat kesepakatan esok jikalau ada dari salah satu mereka ada yang mau menikah maka agar mengucapkan kata perpisahan lewat telefon yaitu mengucapkan doa kepada orang yang menikah. Akhirnya si wanita memberikan nomer HP miliknya, sebenarnya si pemuda menawarkan bahwa nomer HP miliknya aja yang di kasihkan ke dia,,karena takut dia tidak bisa menjaga apalagi pemuda ini berfikir kalo wanita lebih bisa dan lebih kuat menjaganya karena rasa malu yang besar yang dimiliki oleh wanita, tapi si wanita tidak mau di akibatkan rasa takut yang timbul dalam hatinya. Karena memang setan tidak akan tinggal diam untuk menggoda bani adam.

Selang beberapa hari selama itu si pemuda tidak lagi kewarnet, kemudian si pemuda mulai berfikir untuk segera menyudahinya saja, jadi telfon untuk mengucapkan perpisahan tidak usah nunggu jikalau pada waktu akan nikah. Awalnya dia canggung untuk nelfon si wanita ini, tapi entah kenapa dia langsung nelfon si wanita untuk mengucapkan perpisahan apalagi si pemuda ingin tahu bagaimana suara si akhwat. Di telefonnyalah si wanita oleh pemuda itu tapi ketika di angkat dan setelah mendengar suara wanita tersebut, oleh si pemuda telfonnya langsung ditutup. Tidak tahu mengapa, si pemuda ini sulit dan tidak bisa ngomong tentang rencananya tersebut. Kemudian si pemuda sms memberitahukan kalau tadi yang menelfonnya adalah si pemuda, di balasnyalah sms pemuda tersebut hingga terbawa situasi mereka teruz smsan. Sampai beberapa hari mereka teruz sms, banyak yang mereka perbincangkan lewat sms. Hingga saking terbiasanya, muncullah perasaan dalam hati si wanita. Mulai dari situ si wanita merasa malu dan takut pada Allah. Akhirnya pada suatu malam mereka berencana untuk online bareng, pada waktu itu pula si akhwat mengutarakan ketakutannya dan akhirnya mereka benar-benar tidak akan berhubungan lagi dan lebih berhati-hati agar tidak terjerumus dalam fitnah. Karena mereka takut dan malu kepada Allah.

Semoga Allah selalu menuntun mereka agar tetap di jalan yang benar
Semoga Allah menjaga mereka dari segala fitnah yang ada
Semoga mereka tetap istiqomah di jalan Allah yang lurus


Pelajaran untuk kita
1.agar berhati-hati, karena setan tidak akan berhenti untuk berbisik kedalam hati manusia,
2.hindari segala jalan yang menjadikan kita terfitnah walau itu sekecil apapun


Aku hadirkan sebuah cerita agar kita dapat mengambil pelajaran lebih yaitu kisah liciknya iblis dan triknya menggoda manusia. Supaya kita lebih berhati-hati terhadapnya

Mukaddimah
Kisah berikut ini kami ambil dari buku yang nanti akan kami sebutkan di akhir tulisan. Namun, karena terkait dengan kualitas hadits; apakah ia hadits yang shahih atau tidak, maka perlu kami berikan sedikit penjelasan.

Yaitu, bahwa mengenai kisah ini terdapat banyak versi dan penafsirannya dapat diambil dari tafsir terhadap ayat 16 surat al-Hasyr.

Dalam hal ini, sedikit kami ketengahkan perkataan Ibn Katsir dalam tafsirnya terhadap ayat tersebut, “Yakni seperti orang-orang Yahudi yang tergiur oleh rayuan orang-orang Munafik yang menjanjikan kemenangan dan pertolongan mereka, namun tatkala mereka (orang-orang Yahudi) benar-benar dikepung kaum Muslimin dan terjadi peperangan; orang-orang Munafik tersebut meninggalkan mereka sendirian menghadapi kebinasaan. Permisalan mereka dalam hal ini seperti permisalan syaithan tatkala menggoda manusia agar kafir –wal ‘iyaadzu billah- di mana bila ia (manusia) sudah masuk ke dalam perangkapnya, ia pun berlepas diri darinya dan kabur seraya berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.’”

Ibn Katsir melanjutkan, “Berkenaan dengan ayat ini, sebagian mereka (para mufassir-red.,) menyebutkan sebuah kisah sebagian dari para ahli ibadah yang berasal dari kalangan Bani Israil, yang merupakan contoh bagi permisalan ini bukan sebagai yang dimaksudkan (dikehendaki) dalam penafsiran ayat ini, bahkan ia termasuk darinya beserta kisah nyata lainnya yang mirip dengannya…” (Tafsir Ibn Katsir, Jld.IV, h.436-438)

Dengan demikian, berdasarkan pernyataan Ibn Katsir tersebut, maka kisah yang akan diketengahkan berikut ini juga termasuk salah satu contoh (bukan maksud dari tafsir ayat tersebut) betapa syaithan menggunakan berbagai trik untuk menggoda manusia sehingga pada akhirnya mengikutinya dan terjerumus ke dalam perangkapnya (kafir kepada Allah) kecuali orang-orang yang dirahmati Rabb. Wallahu a’lam.

Jalan Cerita
Ada seorang ahli ibadah (‘Abid) dari kalangan Bani Israil, yang merupakan ahli ibadah pada masanya.

Tersebutlah tiga bersaudara yang memiliki satu-satunya saudara perempuan yang masih perawan. Suatu ketika, ketiga orang ini ingin pergi ikut berjihad di jalan Allah namun mereka tidak tahu kepada siapa saudara perempuan mereka itu akan dititipkan dan mendapatkan tempat yang aman padahal orang tua mereka sudah meninggal dunia. Lalu bersepakatlah mereka untuk menitipkannya kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil tersebut sebab hanya dia yang mereka percayai.

Karena itu, mereka mendatangi orang tersebut dan memintanya agar bersedia menerima titipan saudara perempuan mereka tersebut sehingga ia bisa tinggal dulu di sampingnya hingga mereka pulang kembali dari perjalanan namun si ahli ibadah ini menolaknya dan berlindung kepada Allah dari mereka dan sikap mereka tersebut. Karena terus didesak dan mereka tetap ngotot, akhirnya dia pun bersedia menerima seraya berkata, “Tolong inapkan dia di sebuah rumah di dekat tempat ibadah yang khusus untukku.” Maka mereka pun membawanya ke tempat itu, kemudian berangkat dan meninggalkannya.

Wanita, saudara perempuan ketiga orang itu pun menginap di rumah sang ahli ibadah itu hingga beberapa masa. Selama itu, dia turun dari tempat ibadahnya (yang berada di atas dan berdampingan dengan rumah di mana wanita itu tinggal) untuk memberinya makan, memanggilnya, lalu wanita itu keluar untuk mengambil makanan yang diletakkannya di suatu tempat.

Maka, syaithan pun memainkan perannya; pertama-tama ia pura-pura peduli dengan si ahli ibadah ini dengan mensugestinya terus agar berbuat baik, akan tetapi ia menyayangkan keluarnya si wanita itu dari rumahnya pada siang hari dengan menakut-nakutinya bahwa cara seperti itu bisa saja dilihat seseorang lalu tertarik pada wanita itu. Dia lalu menganjurkan, “Andaikata kamu sendiri yang berjalan dan meletakkan makanannya di pintu rumah, tempat si wanita itu, tentulah pahalanya bagimu lebih besar.” Si Iblis terus menggodanya dengan hal itu hingga akhirnya, si ahli ibadah itu mengikutinya. Dia datang ke rumah, tempat wanita itu menginap, membawa makanan itu sendiri dan meletakkannya di depan pintunya namun tidak berbicara sepatah kata pun dengannya. Kondisi ini berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis itu datang lagi seraya mensugestinya untuk senantiasa berbuat kebaikan sehingga mendapatkan pahala. Dia berkata, “Andaikata kamu berbicara dengannya sehingga dia bisa merasa terhibur denganmu. Sebab ia tentu dicekam kesepian yang amat sangat.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia berani mengajak si wanita itu berbicara sekalipun sembari melihat dari tempat ibadahnya yang berada di bagian atas.

Setelah itu, Iblis mendatanginya lagi seraya berkata, “Andaikata kamu menghampirinya dengan duduk di pintu tempat ibadahmu seraya mengajaknya berbicara sementara ia juga duduk di pintu rumahnya sambil berbicara denganmu, tentulah ini lebih baik dan lebih membuatnya terhibur (tidak kesepian).” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia pun turun dan duduk di pintu tempat ibadahnya sambil mengajak berbicara si wanita itu yang juga keluar dari rumahnya sambil duduk di pintunya guna meladeninya berbicara. Kondisi ini pun berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis itu datang lagi seraya tidak lupa mensugestinya untuk berbuat kebaikan dan meraih pahala terhadap apa yang dilakukannya. Ia bertutur, “Andaikata kamu keluar saja dari tempat ibadahmu itu, kemudian duduk di dekat pintu rumahnya lalu mengajaknya bicara tentulah akan lebih membuatnya merasa terhibur lagi dan akan lebih baik baginya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia melakukannya juga. Kondisi itu pun berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis datang lagi sembari terus mensugestinya untuk berbuat kebaikan. Ia berkata, “Andaikata kamu mendekatinya dan duduk di samping pintu rumahnya lalu berbicara dengannya tetapi dia tidak usah keluar dari rumahnya, tentu lebih baik.” Maka dia pun melakukannya; turun dari tempat ibadahnya, berdiri di depan pintu si wanita itu lalu berbicara dengannya. Kondisi ini berjalan untuk beberapa waktu.

Setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata, “Andaikata kamu masuk bersama-sama dengannya lalu berbicara akan tetapi dia tidak usah menampakkan wajahnya kepada siapapun, tentulah lebih baik bagimu.” Iblis terus menggodanya hingga si ahli ibadah ini pun memasuki rumah si wanita lalu mengajaknya berbicara sepanjang siang hari itu dan begitu siang sudah habis, ia kembali naik ke tempat ibadahnya.

Keesokan harinya, Iblis datang lagi dan terus membuatnya terbayang-bayang dengan si wanita tersebut hingga akhirnya si ahli ibadah berani memegang pahanya dan menciumnya. Iblis terus memperdayanya dengan membuat hal demikian elok di hadapan matanya dan menggodanya hingga akhirnya dia berbuat zina dengan wanita itu dan menghamilinya. Wanita itu pun kemudian melahirkan anak dari hasil hubungan gelap mereka.

Tak berapa lama setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata kepada si ahli ibadah, “Menurutmu, apa yang dapat kamu perbuat bila saudara-saudara si wanita itu datang lalu mendapatinya telah melahirkan seorang anak? Tidak, Aku tidak dapat menjamin bahwa ia (wanita) tidak membuka rahasia terhadap aib itu atau pun mereka nantinya berhasil menyingkap aibmu. Karena itu, pergilah ke anak itu lalu goroklah dia dan kuburkan, pasti ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara karena takut saudara-saudaranya akan berbuat kasar terhadapmu begitu mengetahui apa yang telah kamu lakukan terhadapnya.” Maka, si ahli ibadah ini pun menuruti saja bujukan Iblis itu dengan membunuh anak hasil hubungannya dengan wanita tersebut.

Kemudian Iblis berkata lagi, “Menurutmu, apakah ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara kepada saudara-saudaranya mengenai perlakuanmu terhadapnya dan anaknya yang telah kamu bunuh? Tidak, karena itu, singkirkan dan goroklah dia lalu kuburkan bersama anaknya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya ia pun menggorok wanita itu dan membuang kedua mayat itu ke dalam sebuah lubang, lalu menyumbatnya dengan batu besar kemudian tanahnya diratakan kembali. Setelah itu, ia naik ke tempat ibadahnya seraya terus melakukan ritual. Kondisi ini berlangsung beberapa lama hingga kemudian saudara-saudara wanita itu pulang dari berperang. Mereka datang seraya menanyakan keadaan saudara perempuan mereka. Namun, si ahli ibadah ini dengan mimik sedih menyampaikan bela sungkawanya kepada mereka atas kematiannya dan mendoakan semoga Allah merahmati arwahnya.

Mendengar kejadian itu, mereka berniat tinggal beberapa hari di kuburannya, untuk kemudian kembali menemui sanak saudara mereka.

Begitu malam tiba dan mereka sudah tertidur pulas, datanglah syaithan dalam mimpi mereka menyamar sebagai seorang laki-laki yang sedang bepergian. Lalu ia memulai pertanyaannya kepada kakak sulung dari tiga bersaudara tersebut mengenai kondisi saudara perempuan mereka. Maka si kakak sulung itu memberitahukan kepadanya seperti yang telah dikatakan si ahli ibadah itu mengenai kematiannya, bagaimana dia berbelasungkawa dan menunjukkan lokasi dikuburkannya saudara perempuan mereka tersebut, akan tetapi syaithan –yang menyamar tersebut- menyangkal ucapan si ahli ibadah dan menganggapnya telah berdusta, seraya berkata, “Ia tidak berbicara jujur pada kalian mengenai saudara perempuan kalian tersebut. Sebenarnya, dia telah menghamilinya lalu lahirlah seorang anak, kemudian si ahli ibadah itu menggoroknya dan anak itu karena takut kepada kalian, setelah itu, dia melempar keduanya ke dalam lubang yang digalinya di belakang pintu rumah tempat tinggal sudara wanita kalian itu, tepatnya di sebelah kanan orang yang masuk ke sana. Pergilah ke sana, lalu masuklah ke rumah itu, pasti kalian akan menemukan mayat keduanya sebagaimana yang telah aku beritahukan kepada kalian ini.”

Iblis kemudian mendatangi mimpi saudara nomor dua mereka dan mengatakan kepadanya persis seperti yang dikatakannya kepada kakak sulung mereka, kemudian ia datang lagi ke dalam mimpi si bungsu dan mengatakan hal yang sama.

Tatkala bangun, mereka tertegun-tegun terhadap apa yang masing-masing mereka lihat dalam mimpi. Akhirnya masing-masing bertemu dan berkata kepada saudaranya, “Semalam aku melihat sesuatu yang aneh di dalam mimpi.” Masing-masing saling menceritakan apa yang dilihatnya.

Maka, berkatalah si kakak sulung, “Ini hanyalah mimpi belaka, tidak akan ada apa-apa. Ayo kita berangkat dan anggap saja hal ini sebagai angin lalu.”

“Demi Allah, aku tidak akan berangkat hingga mendatangi tempat tersebut lalu melihat apa yang ada di dalamnya,” kata si bungsu.

Akhinrya, mereka semua menuju ke rumah di mana saudara perempuan mereka pernah tinggal tersebut. Mereka buka pintunya dan mencari lokasi seperti yang disebutkan di dalam mimpi mereka. Ternyata, mereka mendapati saudara perempuan mereka dan anaknya dalam kondisi tergorok di dalam sebuah lubang sebagaimana yang dikatakan kepada mereka dalam mimpi itu. Lalu mereka menanyakan kebenaran hal itu kepada si ahli ibadah, maka ia pun membenarkan apa yang dikatakan Iblis pada mereka di dalam mimpi itu berkenaan dengan apa yang telah diperbuatnya terhadap ke-dua orang tersebut (si wanita dan anaknya).

Mereka kemudian mengangkat perkara tersebut kepaada raja, menurunkannya dari tempat ibadahnya dan menghadirkannya untuk disalib. Tatkala mereka telah mengikatnya di atas kayu untuk dibunuh, datanglah Iblis menjumpai si ahli ibadah itu seraya berkata, “Aku lah temanmu yang tempo lalu telah mengujimu dengan wanita tersebut sehingga ia hamil dan anaknya engkau bunuh. Jika sekarang ini kamu mau patuh padaku dan kafir terhadap Allah Yang menciptakan serta membentukmu, aku akan menyelematkanmu dari kondisimu saat ini.” Maka, si ahli ibadah itupun menjadi kafir kepada Allah. Tatkala ia telah menyatakan kekafirannya, syaithan pun lari dan membiarkan urusannya dengan orang-orang diselesaikan sehingga mereka pun menyalibnya, lalu ia pun dibunuh.

Dan ayat yang berkenaan dengan kejadian ini sebagai permisalan adalah firman-Nya, “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaithan ketika dia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu.’ Maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim.” (Q.s.,al-Hasyr:16-17)

(SUMBER: Mi`ah Qishshah Wa Qishshah, Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin, karya Muhammad Amin al-Jundy, h.20-25) www.alsofwah.or.id


Oleh: Abu Farros ibn shalih

baca selengkapnya...